RENGTANG KISAH

 

RENGTANG KISAH

Gitra Savitri Devi


”Sebuah pengalaman selalu menjadi guru terbaik untuk memberikan pelajaran akan kehidupan”

Cerita itu di mulai dengan pengabaran sosok ibu yang menjadi momok menakutkan di setiap kesalahan yang di lakukan. Tegas, keras, emosional merupakan watak yang tergambarkan dari pikiran gita, tokoh utama dalam cerita ini. Apapun yang di perbuat selalu berujuang pada kasalahan sehingga berbuah kemarahan.

Cinta dan kasih sayang seorang ibu merupakan hal yang selalu ia rindukan, ingin rasanya ia mendapat cinta seperti ibu teman temannya, membelai, memeluk, menjadi teman, tempat curhat dan selalu hadir menjadi penenang di kalah sedih menyelimuti, tapi setiap orang selalu punya cara untuk menujukan cinta dan sayang, tidak selalu tentang apa yang kita pikirkan.

Kemarahan yang selalu di tunjukan bisa jadi cinta yang di tampakan, tergantung bagaimana kita menerima perasaan itu. Memarahi ketika berbuat salah bisa jadi nasihat untuknya tidak mengulangi hal sama, menjadi alarm untuk selalu berprilaku baik dan berbenah diri, menjadikan ia pribadi yang selalu kuat dan tegas dari segala kritikan. CINTA DAN SAYANG selalu kabur untuk didefinisikan, bahkan untuk setiap manusia di dunia ini. Yang pasti setiap orang selalu punya cara untuk menunjukkan kecintaanya pada seseorang.

Pengalaman selalu bisa jadi guru terbaik untuk mengajarkan arti kehidupan, pendewasaaan kadang bukan hadir dari bertambahnya usia melainkan keadaan yang memaksa, begitu gita memaknai lika-liku kehidupan yang ia jalani. Di umurnya yang ke17 tahun yang saat itu baru lulus SMA, banyak hal ia harus persiapkan untuk masuk jenjang perkuliahan, selayaknya anak yang ingin masuk perguruan tinggi ia mempersiapkan dengan sangat matang dan penuh pertimbangan. Mulai dari masuk bimbel sana-sini, ngerjain soal-soal berulang dengan harapan dapat lolos ke penguruan tinggi yang ia inginkan, tapi  ia masih binggung  dengan passion yang dia punya, jurusan apa yang cocok untuk dirinya yang sesuai dengan kemampuannya, ia merasa bahwa ia tidak punya kemampuan atau ekspert di pelajaran manapun selain seni, katanyaa, bahkan ia masih binggung apakah itu passion atau hanya sebuah hobby. 

Seiring berjalanya waktu tahap tahap untuk masuk perkuliahan dia lewati, sampailah dia pada hari pengumuman kelolosan mahasiswa baru IPB, ya jurusan yang dia ambil adalah seni, kenapa seni ??, karna menurutnya  jurusan itu paling gampang untuk di  masuki, tidak banyak tes ini-itu, tidak ada hitungan yang dia benci dan tidak serumit jurusan jurusan lain. Penantian yang begitu panjang  dan menguras banyak pikiran akhirnya terbayarkan, gita lulus dengan nilai yang cukup memuaskan di jurusan seni IPB, akan tetapi kebahagianya terhenti ketika di saat yang sama ibunya menawarkan untuk kuliah di jerman. Begitu dilematis untuk memilih, karena sekolah di luar negeri merupakan mimpinya sejak kecil, tetapi IPB merupakan kampus yang juga dia indamkan, mengigat perjuagan dan kerasnya dia belajar untuk di terima di perguruan tinggi itu.

Akhirnya gita memilih untuk untuk melanjutkan studinya ke jerman, di usianya yang masih 18 tahun ia harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada, berjuang sendiri, ngelakuin semuanya sendiri yang dimana biasanya ibunyanlah yang selalu mengurus keperluanya. Gita akhirnya sadar bahwa kita hidup hanya mengikuti air yang membawa kita sampai ke hilir, Manusia bisa berencana menetukan Plane, tapi Tuhan lah yang berkehendak dan menentukan. Kita hanya aktor dalam dunia ini sedangkan tuhan merupakan sutradara untuk semua semesta tersmasuk diri kita. Apa yang di rencanakan manusia tidak akan sebaik dan sempurna apa yang telah di persiapkan Tuhan utnuk kita, untuk itu cara terbaik untuk menikmati pemberian Tuhan adalah dengan mensyukuri apa yang  telah di berikan dan mengiklhaskan  apa yang hilang dari kita. Yah pengalaman selalu jadi guru terbaik untuk menuju pendawasaan dan mengartikan apa itu kehidupan yang sejati.

Buku, Rentang kisah yang menceritakan kehidupan Gita Savitri Devi, sebagai seorang pelajar, muslimah, wanita, mengajarkan pada kita bahwa untuk selalu menjadi pribadi yang dapat jadi cerminan bagi setiap orang, dia sebagai muslimah merepresentasikan bagaimana islam terlihat dengan baik dan indah, dia sebagai pelajar mampu memberikan harapan untuk setiap anak meraih cita citanya, dia sebagai wanita mampu memposisikan antara perasaanya terhadap manusia dan Tuhan.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PARTAI POLITIK DAN TANTANGAN BAGI KETATANEGRAAN